Setiap orang tua pasti pernah mengalami momen menegangkan saat si kecil tiba-tiba menjerit, berguling di lantai, atau melempar barang di tempat umum. Ya, itulah tantrum! 🤯 Fenomena ini seringkali membuat orang tua merasa bingung, frustrasi, bahkan malu. Namun, tahukah Anda bahwa tantrum adalah bagian normal dari perkembangan anak, terutama balita?
Tantrum bukanlah tanda anak nakal atau kurang ajar, melainkan cara mereka mengekspresikan emosi yang belum bisa dikelola dengan baik. Lantas, bagaimana cara efektif mengatasinya? Artikel ini akan mengupas tuntas pendekatan psikologis yang tepat untuk mengatasi tantrum anak, membantu Anda memahami akar masalahnya, dan memberikan strategi praktis agar anak lebih tenang dan Anda pun tidak lagi panik. Simak selengkapnya!
Memahami Tantrum: Bukan Hanya Sekadar Amukan
Sebelum kita membahas cara mengatasinya, penting untuk memahami apa itu tantrum. Tantrum adalah ledakan emosi yang intens pada anak-anak, yang seringkali terjadi ketika mereka merasa frustrasi, lelah, lapar, atau kewalahan dengan situasi yang sulit mereka ekspresikan dengan kata-kata.
Mengapa Anak Mengalami Tantrum?
- Keterbatasan Bahasa: Balita belum memiliki kosakata yang cukup untuk menyampaikan keinginan, kebutuhan, atau perasaan mereka secara verbal. Frustrasi ini seringkali berujung pada tantrum.
- Perkembangan Otak: Bagian otak yang bertanggung jawab untuk regulasi emosi (korteks prefrontal) belum berkembang sempurna pada anak usia dini. Mereka belum bisa “mengerem” emosi mereka sendiri.
- Keinginan untuk Mandiri: Anak mulai menyadari bahwa mereka memiliki keinginan sendiri, tetapi seringkali keinginan ini bertabrakan dengan batasan yang ditetapkan orang tua.
- Faktor Fisik: Kelelahan, lapar, sakit, atau kurang tidur dapat memicu tantrum.
Penting: Tantrum biasanya mencapai puncaknya antara usia 18 bulan hingga 3 tahun dan mulai berkurang setelah usia 4 tahun seiring dengan bertambahnya kemampuan bahasa dan regulasi emosi anak.
Cara Efektif Mengatasi Tantrum Anak: Pendekatan Psikologis

Mengatasi tantrum membutuhkan kesabaran, pemahaman, dan strategi yang tepat. Berikut adalah cara-cara efektif berdasarkan pendekatan psikologis:
1. Tetap Tenang dan Jaga Diri Anda
Ini adalah langkah pertama dan terpenting. Saat anak tantrum, sangat mudah bagi orang tua untuk ikut terpancing emosi. Namun, jika Anda ikut marah atau berteriak, situasi akan semakin buruk.
- Ambil Napas Dalam-dalam: Sebelum bereaksi, luangkan beberapa detik untuk menarik napas dalam-dalam.
- Ingat: Ini Bukan Serangan Pribadi: Tantrum adalah tentang emosi anak yang belum terkendali, bukan tentang Anda.
- Alihkan Diri (Jika Aman): Jika tantrum terjadi di tempat umum dan Anda merasa sangat kewalahan, bawa anak ke tempat yang lebih sepi atau fokus pada napas Anda sambil tetap memastikan anak aman.
Kutipan Ahli: Dr. Becky Kennedy, seorang psikolog anak dan penulis, sering menekankan, “Ketenangan orang tua adalah jangkar bagi badai emosi anak.”
2. Berikan Ruang dan Batas yang Aman (Time-In, Bukan Time-Out)
Pendekatan ini berfokus pada membantu anak menenangkan diri sambil tetap merasa terhubung dengan Anda.
- Dekati Anak dengan Tenang: Jongkok setinggi mata anak. Jangan langsung memeluk jika anak menolak, tetapi tawarkan kehadiran Anda.
- Validasi Emosi Anak: Katakan, “Mama tahu kamu marah/sedih/frustrasi,” atau “Kamu kesal sekali karena tidak bisa [sebutkan keinginan anak].” Validasi membuat anak merasa dipahami, bukan dihakimi.
- Alihkan Perhatian (Jika Memungkinkan): Untuk tantrum ringan, kadang mengalihkan perhatian dengan menawarkan hal lain dapat berhasil. “Lihat, ada burung di luar!” Namun, ini tidak selalu efektif untuk tantrum yang sudah memuncak.
- Tawarkan Pilihan Sederhana: “Mau peluk Mama atau mau duduk di sini dulu sampai tenang?” Berikan kendali kecil kepada anak.
- “Time-In”: Daripada menyuruh anak ke pojok sendirian (time-out), duduklah bersama mereka di tempat tenang sampai mereka tenang. Ini mengajarkan regulasi emosi sambil tetap merasakan dukungan Anda.
Studi Kasus: Sebuah penelitian oleh University of Washington menunjukkan bahwa pendekatan yang responsif dan mendukung saat tantrum (mirip time-in) lebih efektif dalam membantu anak mengembangkan regulasi emosi jangka panjang dibandingkan hukuman atau pengabaian.
3. Komunikasi yang Jelas dan Batasan Konsisten
Setelah anak tenang, inilah saatnya untuk berkomunikasi dan menetapkan batasan.
- Gunakan Bahasa Sederhana: Jelaskan mengapa mereka tidak bisa mendapatkan apa yang diinginkan atau mengapa perilaku mereka tidak dapat diterima.
- Berikan Alternatif (Jika Ada): “Kamu tidak bisa makan permen sekarang, tapi kamu bisa makan apel atau pisang.”
- Jelaskan Konsekuensi (Jika Ada): “Kalau kamu melempar mainan, mainannya akan disimpan dulu.” Pastikan konsekuensinya logis dan segera.
- Konsisten: Kunci dari segala disiplin adalah konsistensi. Jika Anda mengatakan “tidak,” pastikan “tidak” berarti “tidak” setiap saat, dalam setiap situasi, dan oleh setiap pengasuh. Inkonsistensi justru akan memperpanjang periode tantrum.
4. Ajarkan Anak Mengekspresikan Emosi dengan Benar
Ini adalah investasi jangka panjang. Anak perlu belajar cara yang lebih sehat untuk mengungkapkan perasaan mereka.
- Nama Emosi: Ajarkan anak mengenali dan menamai emosi mereka: “Kamu terlihat marah,” “Apakah kamu sedih?”
- Ajarkan Kalimat Sederhana: “Aku marah,” “Aku tidak suka,” “Aku butuh bantuan.”
- Latih Cara Menenangkan Diri: Ajarkan anak teknik sederhana seperti mengambil napas dalam-dalam atau memeluk boneka kesayangan saat merasa marah.
- Modelkan Perilaku: Tunjukkan pada anak bagaimana Anda mengelola emosi Anda sendiri. “Mama kesal karena macet, tapi Mama akan menarik napas dulu.”
Tip Ahli: Dr. Daniel Siegel, seorang ahli saraf dan psikiater anak, dalam bukunya The Whole-Brain Child, menyarankan untuk membantu anak mengintegrasikan bagian otak emosional dan rasional mereka dengan “menamai untuk menjinakkannya” (name it to tame it).
5. Pencegahan Adalah Kunci
Meskipun tantrum adalah bagian normal, Anda bisa mengurangi frekuensinya dengan strategi pencegahan.
- Penuhi Kebutuhan Dasar: Pastikan anak cukup tidur, tidak kelaparan, dan tidak terlalu lelah. Jadwal tidur dan makan yang teratur sangat membantu.
- Prediksi Situasi Pemicu: Jika Anda tahu anak cenderung tantrum di toko, siapkan camilan, mainan kecil, atau jadwalkan kunjungan saat mereka tidak lelah.
- Berikan Pilihan: Dalam batas yang aman, berikan anak pilihan untuk merasa memiliki kendali. “Kamu mau pakai baju merah atau biru?”
- Libatkan Anak dalam Keputusan: Walau sederhana, hal ini dapat meningkatkan rasa kontrol mereka.
- Transisi yang Jelas: Beri tahu anak sebelum ada perubahan aktivitas. “Lima menit lagi kita akan pulang, ya.”
- Prioritaskan Waktu Berkualitas: Anak yang merasa dicintai dan mendapatkan perhatian positif cenderung lebih jarang tantrum.
Data Menarik: Sebuah survei terhadap orang tua menunjukkan bahwa sebagian besar tantrum dapat dipicu oleh kebutuhan fisik yang tidak terpenuhi (lapar, lelah) atau kurangnya perhatian positif.
Kapan Harus Khawatir dan Mencari Bantuan Profesional?
Meskipun tantrum adalah normal, ada beberapa tanda yang mungkin menunjukkan perlunya bantuan profesional dari dokter anak atau psikolog:
- Tantrum terjadi sangat sering (lebih dari 5 kali sehari) dan intensitasnya sangat parah.
- Anak melukai diri sendiri atau orang lain selama tantrum.
- Anak merusak barang secara berlebihan.
- Tantrum terus-menerus terjadi setelah usia 4-5 tahun dan tidak menunjukkan penurunan frekuensi atau intensitas.
- Tantrum disertai dengan masalah perkembangan lainnya (misalnya, keterlambatan bicara atau kesulitan sosial).
Kesimpulan
Tantrum anak memang bisa menjadi cobaan berat bagi orang tua. Namun, dengan memahami bahwa itu adalah bagian dari proses perkembangan dan menerapkan cara efektif mengatasi tantrum melalui pendekatan psikologis yang tepat, Anda bisa membantu anak belajar mengelola emosi mereka dengan lebih baik.
Ingatlah untuk tetap tenang, berikan dukungan dan batasan yang jelas, ajarkan anak cara mengekspresikan diri, dan praktikkan pencegahan. Dengan kesabaran dan konsistensi, Anda akan melihat perubahan positif pada si kecil, dan rumah pun akan terasa lebih tenang. Ini adalah investasi penting untuk perkembangan emosional anak di masa depan.
Pernahkah Anda berhasil mengatasi tantrum anak dengan cara yang unik? Bagikan pengalaman Anda di kolom komentar di bawah!








